Jumat, 15 Desember 2017

K. H. Hasyim Asy'ari


      Nama lengkap K. H. Hasyim Asy’ari adalah Muhammad Hasyim Asy’ari ibn ‘Abd Al-Wahid. Ia lahir di Gedang, sebuah desa di daerah Jombang, Jawa Timur, pada hari selasa kliwon bertepatan dengan tanggal 14 Februari 1871. Bakat kepemimpinan dan kecerdasan Kiai Hasyim sudah tampak sejak masa kanak-kanak. Ketika bermain dengan teman-teman sebayanya, Hasyim kecil selalu menjadi penengah. Jika melihat temannya melanggar aturan permainan, ia akan menegurnya. Dia membuat temannya senang bermain, karena sifatnya yang suka menolong dan melindungi sesama.
Sejak kecil, beliau belajar langsung dari ayah dan kakeknya, Kiai Utsman. Bakat kepemimpinan dan kecerdasan memang sudah nampak, ketika masih kecil, beliau sangat giat dan cerdas. Hasilnya saat beliau masih beumur 13 tahun, sang ayah menyuruhnya mengajar di pesantren karena kepandaian yang dimilikinya.
Ketidakpuasan dan dahaga yang sangat terhadap ilmu membuat beliau berkeinginan mencari sumber pengetahuan yang lain di luar pesantren ayahnya. Oleh sebab itu, mulai usia 15 tahun, beliau mulai berkenalan dari satu pesantren ke pesantren lain, mulai menjadi santri di Pesantren Probolinggo, Pesantren Langitan, dan Pesantren Trenggilis. Belum puas dengan berbagai ilmu, beliau melanjutkan ke Pesantren Kademangan Bangkalan di bawah asuhan Kiai Kholil. Namun tidak lama kemudian, beliau pindah ke Pesantren Siwalan Sidoarjo yang diasuh oleh Kiai Ya’kub. Disinilah beliau merasa benar-benar menemukan sumber pengetahuan Islam yang diinginkan.
            Dari sekian pesantren yang pernah dijelajahinya, disinilah beliau mondok  cukup lama, yaitu lima tahun. Namun rupanya Kiai Ya’kub kagum kepada beliau, sehingga beliau tiadak hanya mendapatkan ilmu saja, akan tetapi juga dijadikan menantu oleh Kiai Ya’kub. Beliau yang baru berusia 21 tahun dinikahkan dengan Chadijah, salah satu putri Kiai Ya’kub.
            Setelah menikah, K. H. Hasyim Asy’ari bersama istrinya segera melakukan ibadah haji dan menetap 7 bulan di Mekkah, istrinya meninggal dunia pada waktu melahirkan anaknya yang pertama sehingga bayinya pun tidak terselamatkan.
Pada tahun 1893, beliau kembali ke Mekkah untuk kedua kalinya. Sejak itulah beliau menetapdi Mekkah selama 7 tahun. Di Mekkah beliau berguru kepada Syaikh Ahmad Khatib dan Syaikh Mahfud At-Tarmisi. Pada tahun 1900 M. atau 1314 H. K. H. Hasyim Asy’ari pulang ke kampung halamannya. Di tempat itu ia membuka pengajian keagamaan yang dalam waktu yang relatif singkat menjadi terkenal di wilayah Jawa.
Tepat pada tanggal 6 Februari 1906 M., Hasyim Asy’ari mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng. Oleh karena kegigihannya dan keikhlasannya dalam menyosialisakan ilmu pengetahuan, dalam beberapa tahun kemudian pesantren relatif ramai dan terkenal. Pesantren Tebuireng yang pada awalnya adalah pesantren kecil, kemudian berkembang menjadai salah satu pesantren yang sangat berpengaruh di Jawa. Kebanyakan para santri tertarik dengan sistem atau model pengajaran yang diberikan oleh beliau. Dalam pesantren itu, bukan hanya ilmu agama yang diajarkan, tetapi juga pengetahuan umum
 Sebagaimana diketahui dalam sejarah pendidikan Islam tradisional, khususnya di Jawa, peranan kiai Hasyim yang kemudian terkenal dengan sebutan Hadrat Asy-Syaikh (guru besar di lingkungan pesantren), sangat besar dalam pembentukan kader-kader ulama pimpinan pesantren. Banyak pesantren besar yang terkenal, terutama, yang berkembang di Jawa Timur dan Jawa Tengah, dikembangkan oleh para kiai hasil didikan Mbah Hasyim.
Aktivitas K. H. Hasyim Asy’ari di bidang sosial lainnya adalah mendirikan organisasi Nahdatul Ulama, bersama dengan ulama besar di Jawa lainnya, seperti Syekh ‘Abd Al-Wahhab dan Syekh Bishri Syansuri.
Tanggal 31 Januari 1926, bersama dengan tokoh-tokoh Islam tradisional, Mbah Hasyim Asy’ari mendirikan Nahdlatul Ulama, yang berarti kebangkitan ulama. Organisasi ini pun berkembang dan banyak anggotanya. Pengaruh Mbah Hasyim Asy’ari pun semakin besar dengan mendirikan organisasi NU, bersama teman-temannya. Itu dibuktikan dengan dukungan dari ulama di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
K. H. Hasyim Asy’ari dikenal sebagai salah seorang pendiri NU (Nahdatul Ulama). Pada masa pendudukan Jepang, Hasyim Asy’ari pernah ditahan selama 6 bulan, karena dianggap menentang penjajahan Jepang di Indonesia. Karena tuduhan itu tidak terbukti, beliau dibebaskan dari tahanan, atas jasa-jasanya dalam perjuangan melawan penjajah Belanda dan Jepang. Nahdatul Ulama didirikan antara lain memang untuk mempertahankan paham bermazhab. Sesudah Indonesia merdeka melalui pidato-pidatonya, K. H. Hasyim Asy’ari membakar semangat para pemuda supaya mereka berani berkorban untuk mempertahankan kemerdekaan.
Mbah Hasyim juga memiliki pemikiran ekonomi yang luar biasa. Beliau memiliki lahan tanah untuk dimanfaatkan bercocok tanam tanaman tebu. Hampir-hampir panen nya selalu melimpah. Dengan keuletannya tersebut, Mbah Hasyim terkenal dengan bercocok tanam.
Beliau juga membuka peluang pekerjaan pada penduduk sekitar di kawasan Pondok Tebuireng untuk berjualan. Tetapi juga harus ada syarat dan ketentuan untuk berjualannya, agar tidak saling menyaingi terhadap sesama.
K. H. Hasyim Asy’ari wafat pada tanggal 26 Juli 1947 M/7 Ramadhan 1366 H di Tebuireng, Jombang Jawa Timur. Hampir seluruh waktunya diabdikan untuk kepentingan agama dan pendidikan. Demikian perjalanan dan perjuangan K.H. Hasyim Asy’ari sampai akhir hayatnya. Meskipun beliau telah tiada, akan tetapi ruh perjuangan beliau masih dipegang oleh keluarga dan umat beliau untuk menandaskan diri bahwa hidup adalah perjuagan.